Senin, 30 September 2019

 HIKAYAT
1.       PENGERTIAN
Hikayat adalah salah satu jenis cerita rakyat yang
disajikan dengan menonjolkan unsur penceritaan berciri kemustahilan dan kesaktian tokoh-tokohnya.

2.       KARAKTERISTIK/CIRI-CIRI HIKAYAT
Hikayat merupakan sebuah teks narasi yang berbeda dengan narasi lain. Adapun karakteristik/ciri-ciri  hikayat antara lain (a) terdapat kemustahilan dalam cerita, (b) kesaktian tokoh-tokohnya, (c) anonim, (d) istana sentris, dan (e) menggunakan alur berbingkai/cerita berbingkai.
a.       Kemustahilan
Salah satu ciri hikayat adalah kemustahilan dalam teks, baik dari segi bahasa maupun dari segi cerita. Kemustahilan berarti hal yang tidak logis atau tidak bisa dinalar.
b.       Kesaktian
Selain kemustahilan, seringkali dapat kita temukan kesaktian para tokoh dalam hikayat.
c.        Anonim
Anonim berarti tidak diketahui secara jelas nama pencerita atau pengarang. Hal tersebut disebabkan cerita disampaikan secara lisan. Bahkan, dahulu masyarakat mempercayai bahwa cerita yang disampaikan adalah nyata dan tidak ada yang sengaja mengarang.
d.       Istana Sentris
Maksudnya hikayat seringkali bertema dan berlatar kerajaan.

3.       NILAI-NILAI DALAM HIKAYAT
Hikayat banyak memiliki nilai kehidupan. Nilai-nilai kehidupan tersebut dapat berupa nilai religius (agama), moral, budaya, sosial, edukasi (pendidikan), dan estetika (keindahan).

4.       UNSUR INTRINSIK DAN EKSTRINSIK DALAM HIKAYAT
a.       Unsur Intrinsik
Unsur intrinsik ialah unsur yang menyusun sebuah karya sastra dari dalam yang mewujudkan struktur suatu karya sastra, seperti: (a) tema, (b) tokoh dan penokohan, alur, latar, sudut pandang, dan gaya bahasa.
b.       Unsur Ekstrinsik
Unsur ekstrinsik ialah unsur yang membentuk karya sastra dari luar sastra itu sendiri yang menyangkut sosiologi, psikologi, dan lain-lain.

5.       KATA ARKAIS (KUNO)
Hikayat merupakan karya sastra klasik, artinya usia hikayat jauh lebih tua dibandingkan usia Negara Indonesia. Meskipun bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia (berasal dari bahasa Melayu), tidak semua kata dalam hikayat dapat dijumpai dalam bahasa Indonesia sekarang. Kata-kata yang sudah jarang digunakan atau bahkan sudah asing tersebut disebut sebagai kata arkais.

6.       GAYA BAHASA DAN KONJUNGSI
a.       Gaya Bahasa (Majas)
Penggunaan gaya bahasa (majas) dalam hikayat berfungsi untuk membuat cerita lebih menarik jika dibandingkan menggunakan bahasa yang bermakna lugas. Ada beberapa gaya bahasa (majas) yang sering digunakan dalam hikayat yaitu:
1)       Antonomasia
Antonomasia adalah penggunaan sebuah epiteta untuk menggantikan nama diri, gelar resmi, dan jabatan. Contoh: Yang Mulia tak dapat menghadiri pertemuan ini.
2)       Metafora
Metafora adalah analogi yang membandingkandua hal secara langsung, tetapi dalam bentuk yang singkat. Contoh: bunga bangsa, buaya darat, buah hati, cindera mata, dan sebagainya.
3)       Hiperbola
Hiperbola merupakan gaya bahasa yang mengandung suatu pernyataan yang berlebihan. Contoh: Kemarahanku sudah menjadi-jadi hingga hampir meledak aku.
4)       Perbandingan atau Simile
Perbandingan atau Simile adalah gaya bahasa (majas) yang membandingkan suatu hal dengan hal lainnya menggunakan kata penghubung atau kata pembanding. Contoh: seperti, laksana, bak dan bagaikan.
b.       Konjungsi (Kata Penghubung)

Konjungsi yang digunakan dalam hikayat menggunakan konjungsi yang menyatakan urutan waktu dan kejadian dalam menceritakan peristiwa atau alur. Contoh: “Pada... Sebelum... Lalu...”, “Ketika... Selanjutnya...”         



Cerpen atau dapat disebut juga dengan cerita pendek merupakan suatu bentuk prosa naratif fiktif. Cerpen cenderung singkat, padat, dan langsung pada tujuannya dibandingkan karya-karya fiksi lain yang lebih panjang, seperti novella dan novel.

Cerpen merupakan salah satu jenis karya sastra yang memaparkan kisah atau cerita mengenai manusia beserta seluk beluknya lewat tulisan pendek dan singkat. Atau pengertian cerpen yang lainnya yaitu sebuah karangan fiktif yang berisi mengenai kehidupan seseorang ataupun kehidupan yang diceritakan secara ringkas dan singkat yang berfokus pada suatu tokoh saja.

Cerita pendek biasanya mempunyai kata yang kurang dari 10.000 kata atau kurang dari 10 halaman saja. Selain itu, cerpen atau cerita pendek hanya memberikan sebuah kesan tunggal yang demikian serta memusatkan diri pada salah satu tokoh dan hanya satu situasi saja.
Pengertian Cerpen

Pengertian Cerpen Menurut Para Ahli

Pengertian Cerpen Menurut Para Ahli
Berikut pendapat para ahli mengenai penjelasan tentang cerpen. 
  1. Sumardjo dan Saini
  2. Cerpen adalah cerita fiktif atau tidak benar-benar terjadi, tetapi bisa saja terjadi kapanpun serta dimanapun yang mana ceritanya relatif pendek dan singkat.
  3. Menurut KBBI
  4. Cerpen berasal dari dua kata yaitu cerita yang mengandung arti tuturan mengenai bagaimana sesuatu hal terjadi dan relatif pendek berarti kisah yang diceritakan pendek atau tidak lebih dari 10.000 kata yang memberikan sebuah kesan dominan serta memusatkan hanya pada satu tokoh saja dalam cerita pendek tersebut.
  5. Nugroho Notosusanto dalam Tarigan
  6. Cerpen atau cerita pendek yaitu sebuah cerita yang panjang ceritanya berkisar 5000 kata atau perkiraan hanya 17 hlm kuarto spasi rangkap serta terpusat pada dirinya sendiri.
  7. Hendy
  8. Cerpen ialah suatu karangan yang berkisah pendek yang mengandung kisahan tungal.
  9. Aoh. K.H
  10. Cerpen merupakan salah satu karangan fiksi yang biasa disebut juga dengan kisahan prosa pendek.
  11. J.S. Badudu
  12. Cerpen merupakan cerita yang hanya menjurus serta terfokus pada satu peristiwa saja.
  13. H. B. Jassin
  14. Menurut pendapat H. B. Jassin, cerpen ialah sebuah cerita yang singkat yang harus memiliki bagian terpenting yakni perkenalan, pertikaian, serta penyelesaian.

Ciri-Ciri Cerpen

    Ciri-Ciri Cerpen
  1. Jalan ceritanya lebih pendek dari novel
  2. Sebuah cerpen memiliki umlah kata yang tidak lebih dari 10.000 (10 ribu) kata
  3. Biasanya isi cerita cerpen berasal dari kehidupan sehari-hari
  4. Tidak menggambarkan semua kisah para tokohnya, hal ini karena dalam cerpen yang digambarkan hanyalah inti sarinya saja.
  5. Tokoh dalam cerpen digambarkan mengalami masalah atau suatu konflik hingga pada tahap penyelesainnya.
  6. Pemakaian kata yang sederhana serta ekonomis dan mudah dikenal pembaca.
  7. Kesan yang ditinggalkan dari cerpen tersebut sangat mendalam sehingga pembaca dapat ikut merasakan kisah dari cerita tersebut.
  8. Biasanya hanya 1 kejadian saja yang diceritakan.
  9. Memiliki alur cerita tunggal dan lurus.
  10. Penokohan pada cerpen sangatlah sederhana, tidak mendalam serta singkat

Struktur Cerpen

    Struktur Cerpen
  1. Abstrak
  2. Abstrak merupakan ringkasan atau inti dari cerita pendek yang akan dikembangkan menjadi sebuah rangkaian-rangkaian peristiwa atau bisa juga sebagai gambaran awal dalam cerita. Abstrak bersifat opsional atau dalam artian bahwa setiap cerpen boleh tidak terdapat struktur abstrak tersebut.
  3. Orientasi
  4. Orientasi berkaitan dengan waktu, suasana, dan tempat yang berkaitan dengan jalan cerita dari cerpen tersebut.
  5. Komplikasi
  6. Komplikasi berisi urutan kejadian-kejadian yang dihubungkan secara sebab dan akibat. Pada komplikasi, biasanya mendapatkan karakter ataupun watak dari berbagai tokoh cerita pendek tersebut, hal ini karena pada bagian komplikasi kerumitan mulai bermunculan.
  7. Evaluasi
  8. Evaluasi yaitu struktur konflik yang terjadi dan mengarah pada klimaks serta sudah mulai mendapatkan penyelesaiannya dari konflik yang terjadi tersebut.
  9. Resolusi
  10. Pada bagian resolusi, pengarang mulai mengungkapkan solusi yang dialami tokoh.
  11. Koda
  12. Pada bagian koda, terdapat nilai ataupun pelajaran yang dapat diambil dari cerita pendek tersebut oleh pembacanya.

Unsur Intrinsik Cerpen

Unsur Intrinsik Cerpen

  1. Tema
  2. Tema adalah sebuah gagasan pokok yang mendasari dari jalan cerita sebuah cerpen. Tema biasanya dapat langsung terlihat jelas di dalam cerita atay tersurat dan tidak langsung, dimana si pembaca harus teliti dan dapat menyimpulkan sendiri atau tersirat.
  3. Alur / Plot
  4. Jalan dari sebuah kisah cerita merupakan karya sastra. Secara garis besar, alur merupakan urutan tahapan jalannya cerita, antara lain : perkenalan > muncul konflik atau suatu permasalahan > peningkatan konflik > puncak konflik (klimaks) > penurunan konflik > selesaian.
  5. Setting
  6. Setting sangat berkaitan dengan tempat atau latar, waktu, dan suasana dalam cerpen tersebut.
  7. Tokoh
  8. Tokoh merupakan pelaku yang terlibat dalam cerita tersebut. Setiap tokoh biasanya mempunyai karakter tersendiri. Dalam sebuah cerita terdapat tokoh protagonis atau tokoh baik dan antagonis atau tokoh jahat serta ada juga tokoh figuran yaitu tokoh pendukung.
  9. Penokohan
  10. Penokohan yaitu pemberian sifat pada tokoh atau pelaku dalam cerita tersebut. Sifat yang telah diberikan dapat tercermin dalam pikiran, ucapan, dan pandangan tokoh terhadap sesuatu hal. Metode penokohan ada 2 (dua) macam diantaranya: 

    Metode analitik adalah suatu metode penokohan dengan cara memaparkan atau menyebutkan sifat tokoh secara langsung, seperti seperti: pemberani, penakut, pemalu, keras kepala, dan sebagainya. 

    Metode dramatik adalah suatu metode penokohan dengan cara memaparkannya secara tidak langsung, yaitu dapat dengan cara : penggambaran fisik (Misalnya cara berpakaian, postur tubuh, dan sebagainya), penggambaran dengan melalui sebuah percakapan atau dialog, reaksi dari tokoh lain (dapat berupa pendapat, sikat, pandangan, dan sebagainya).
  11. Sudut Pandang
  12. Adalah cara pandang pengarang dalam memandang suatu peristiwa di dalam cerita. Sudut pandang ada 4, antara lain:
    1. Sudut Pandang Orang Pertama Pelaku Utama
      Dalam sudut pandang ini, tokoh ”aku” mengisahkan tentang berbagai peristiwa yang terjadi serta tingkah laku yang dialaminya. Tokoh ”aku” akan menjadi pusat perhatian dari kisah cerpen tersebut. Dalam sudut pandang ini, tokoh "aku" digunakan sebagai tokoh utama.
      Contoh:
      Pagi ini cuaca begitu cerah hingga dapat mengubah suasana jiwaku yang penat karena setumpuk tugas yang terbengkelai menjadi teringankan. Namun, sekarang aku harus mulai bangkit dari tidurku dan bergegas untuk mandi karena pagi ini aku harus bekerja keras.
    2. Sudut Pandang Orang Pertama Pelaku Sampingan
      Tokoh ”aku” muncul tidak sebagai tokoh utama lagi, melainkan sebagai pelaku tambahan. Tokoh ”aku” hadir dalam jalan cerita hanya untuk membawakan cerita kepada pembaca, sedangkan tokoh cerita yang dikisahkan kemudian ”dibiarkan” untuk dapat mengisahkan sendiri berbagai pengalaman yang dialaminya. Tokoh dari jalan cerita yang dibiarkan berkisah sendiri itulah yang pada akhirnya akan menjadi tokoh utama, sebab ialah yang lebih banyak tampil, membawakan berbagai peristiwa, serta berhubungan dengan tokoh-tokoh yang lainnya. Dengan demikian tokoh ”aku” cuman tampil sebagai saksi saja. Saksi terhadap berlangsungnya sebuah cerita yang ditokohi oleh orang lain. Tokoh ”aku” pada umumnya hanya tampil sebagai pengantar dan penutup cerita. 
      Contoh:
      Sekarang aku tinggal di Jakarta, kota metropolitan yang memiliki beribu-ribu kendaraan. Dulu, aku sempat menolak untuk dipindahkan ke ibukota. Tapi, pada kali ini aku sudah tidak kuasa untuk menghindar dari tugas ini. Ternyata, bukan aku saja yang mengalaminya. Teman asramaku yang bernama Andi, juga mengalami hal yang sama. Kami berdua sangatlah akrab dan berjuang bersama-sama dalam menghadapi kerasnya kota Jakarta.
    3. Sudut Pandang Orang Ketiga Serbatahu
      Kisah cerita dari sudut ”dia”, namun pengarang atau narator dapat menceritakan apa saja hal-hal dan tindakan yang menyangkut tokoh ”dia” tersebut. Pengarang mengetahui segalanya. 
      Contoh:
      Sudah genap 1 bulan dia menjadi pendatang baru di perumahan ini. Tapi, dia juga belum satu kali pun terlihat keluar rumah cuman untuk sekedar beramah-tamah dengan tetangga yang lain. “Apakah si pemilik rumah itu terlalu sibuk ya?” ungkap salah seorang tetangganya. Pernah 1 kali dia kedatangan tamu yang katanya adalah saudaranya. Memang dia adalah sosok introvert, jadi walaupun saudaranya sendiri yang datang untuk berkunjung, dia tidak menyukainya.
    4. Sudut Pandang Orang Ketiga Pengamat
      Dalam sudut pandang ini berbeda dengan orang ketiga serbatahu. Pengarang hanya melukiskan apa yang dilihat, dialami, dipikir, dan dirasakan oleh tokoh tersebut, namun terbatas pada seorang tokoh saja.  
      Contoh:
      Entah apa yang telah terjadi dengannya. Pada saat datang, ia langsung marah. Memang kelihatannya ia mempunyai banyak masalah. Tapim kalau dilihat dari raut mukanya, mungkin tak hanya itu yang sedang ia rasakan. Tapi sepertinya dia juga sakit. Bibirnya tampak kering, wajahnya pucat, serta rambutnya kusut.
  13. Amanat
  14. Amanat merupakan sebuah pesan dari seorang penulis atau pengarang cerita tersebut kepada pembaca agar pembaca dapat bertindak atau melakukan sesuatu.

Unsur Ekstrinsik Cerpen

Unsur Ekstrinsik CerpenUnsur ekstrinsik cerpen merupakan sebuah unsur yang membentuk cerpen dari luar, berbeda dengan unsur intrinsik cerpen yang membentuk cerpen dari dalam. Unsur ekstrinsik cerpen tidak terlepas dari keadaan masyarakat saat dimana cerpen tersebut dibuat oleh pengarang. Unsur ini sangat memiliki banyak sekali pengaruh terhadap penyajian amanat ataupun latar belakang dari cerpen tersebut. Berikut unsur ekstrinsik cerpen. 
  1. Latar Belakang Masyarakat
  2. Latar belakang masyarakat yaitu suatu pengaruh dari kondisi latar belakang masyarakat terhadap terbentuknya sebuah jalan cerita. Pemahaman tersebut dapat berupa pengkajian Ideologi negara, kondisi politik, sosial masyarakat, sampai dengan kondisi ekonomi pada masyarakat itu sendiri.
  3. Latar Belakang Pengarang
  4. Latar belakang pengarang dapat meliputi pemahaman pengarang terhadap sejarah hidup serta sejarah hasil karangan yang telah dibuat sebelumnya.
    1. Biografi
    2. Biografi biasanya berisikan tentang riwayat hidup pengarang cerita tersebut yang ditulis secara keseluruhan.
    3. Kondisi Psikologis
    4. Kondisi psikologis berisi tentang pemahaman kondisi mood ketika pengarang menulis kisah cerita tersebut.
    5. Aliran Sastra
    6. Aliran sastra seorang pengarang pastinya akan mengikuti suatu aliran sastra tertentu. Hal tersebut sangatlah berpengaruh terhadap gaya penulisan yang dipakai oleh pengarang dalam menciptakan sebuah kisah dalam cerpen tersebut.
Itulah pengertian cerpen, ciri-ciri cerpen, struktur cerpen, unsur intrinsik cerpen, dan unsur ekstrinsik cerpen.

Jumat, 27 September 2019

Soal PTS bahasa Indonesia kelas X IPA/IPS

Mata pelajaran : bahasa Indonesia
Kelas : X IPA /IPS


Bacalah teks berikut.
KUCING
Kucing merupakan hewan mamalia atau hewan yang menyusui, kucing juga termasuk golongan karnivora atau pemakan daging.
Ada dua jenis kelompok kucing, menurut ukuran yaitu:
o Kucing kecil, jenis kucing yang sering berkeliaran di sekitar kita atau boleh dipelihara khalayahramai.
o Kucing besar, jenis kucing ini tidak boleh sembarangan dipelihara, seperti singa, harimau, dll.
Penglihatan kucing rumahan sangat bagus, mereka bisa melihat dalam keadaan gelap. Ukuran standar kucing rumahan mencapai berat + 15,5 kg, panjang + 5,5 cm, dan tinggi + 40 cm. Memiliki taring yang tajam dan runcing serta cakar.
Kucing rumahan sering berkelahi dengan sejenisnya, itu karena mereka suka menyendiri dan ingin menguasai daerah tertentu di salah satu bagian rumah. Biasanya perkelahian tidak lama, hanya ingin menunjukkan siapa yang paling kuat.
Melengkungkan punggung, merendahkan kepala, sambil melotot ke depan, meraung tidak seperti biasanya, itulah ciri-ciri kucing yang ingin berkelahi. Melemahkan lawannya dengan cara mencakar sambil meloncat dan menggigit.
Kebiasaan lain adalah mencuri, selalu mengendap-ngendap kemudian mengambil makanan. Berbeda makanan yang diberikan, kucing akan makan dengan tenang.
Selama dirawat dengan baik, seperti dimandikan, diberikan makan yang sehat, kucing tidak menularkan penyakit. Penyakit yang ditularkan kucing adalah gangguan pernapasan.
1. Teks “ Kucing” termaksud kedalam teks? (Skor 10)
2. Temukan struktur pembangun dalam teks “Kucing”, kemudia indentifikasilah! (Skor 10)
3. Sebutkan fakta-fakta yang terdapat pada teks “Kucing”! (Skor 10)
4. Tentukan kaidah kebahasaan dari teks tersebut! (Skor 20)
5. Ciptakan teks Eksposisi berjenis analitik dengan topik  “layanan sosial! (Skor 10)
6. Berdasarkan teks tersebut, jelaskan informasi-informasi teks tersebut! (Skor 10)
7. Simpulkan teks tersebut berdasarkan kelengkapan strukturnya! (Skor 10)
8. Tentukan kaidah kebahasaan dari teks tersebut!  (Skor 20)



Kunci jawaban
jawaban
1. Termasuk kedalam teks LHO ( laporan hasil observasi), karena di dalam teks tersebut terdapat pengamatan dari suatu objek dan di dukung oleh pendapat serta fakta fakta yang ada.
2.
Definisi umum
KUCING
Kucing merupakan hewan mamalia atau hewan yang menyusui, kucing juga termasuk golongan karnivora atau pemakan daging.
Ada dua jenis kelompok kucing, menurut ukuran yaitu:
o Kucing kecil, jenis kucing yang sering berkeliaran di sekitar kita atau boleh dipelihara khalayahramai.
o Kucing besar, jenis kucing ini tidak boleh sembarangan dipelihara, seperti singa, harimau, dll.
Definisi bagian
Penglihatan kucing rumahan sangat bagus, mereka bisa melihat dalam keadaan gelap. Ukuran standar kucing rumahan mencapai berat + 15,5 kg, panjang + 5,5 cm, dan tinggi + 40 cm. Memiliki taring yang tajam dan runcing serta cakar.
Kucing rumahan sering berkelahi dengan sejenisnya, itu karena mereka suka menyendiri dan ingin menguasai daerah tertentu di salah satu bagian rumah. Biasanya perkelahian tidak lama, hanya ingin menunjukkan siapa yang paling kuat.
Melengkungkan punggung, merendahkan kepala, sambil melotot ke depan, meraung tidak seperti biasanya, itulah ciri-ciri kucing yang ingin berkelahi. Melemahkan lawannya dengan cara mencakar sambil meloncat dan menggigit.
Kebiasaan lain adalah mencuri, selalu mengendap-ngendap kemudian mengambil makanan. Berbeda makanan yang diberikan, kucing akan makan dengan tenang.
Definisi manfaat
Selama dirawat dengan baik, seperti dimandikan, diberikan makan yang sehat, kucing tidak menularkan penyakit. Penyakit yang ditularkan kucing adalah gangguan pernapasan.



3. Fakta fakta dalam teks yang berjudul “Kucing”
- Kucing rumahan sering berkelahi dengan sejenisnya, itu karena mereka suka menyendiri dan ingin menguasai daerah tertentu di salah satu bagian rumah.
- Melengkungkan punggung, merendahkan kepala, sambil melotot ke depan, meraung tidak seperti biasanya, itulah ciri-ciri kucing yang ingin berkelahi.
-Melemahkan lawannya dengan cara mencakar sambil meloncat dan menggigit.
-Kebiasaan lain adalah mencuri, selalu mengendap-ngendap kemudian mengambil makanan.
 -Berbeda makanan yang diberikan, kucing akan makan dengan tenang.
-Selama dirawat dengan baik, seperti dimandikan, diberikan makan yang sehat, kucing tidak menularkan penyakit.
- Penyakit yang ditularkan kucing adalah gangguan pernapasan.
4. Kaidah Kebahasaan Teks LHO
 Definisi
- Kucing merupakan hewan mamalia atau hewan yang menyusui, kucing juga termasuk golongan karnivora atau pemakan daging.
Deskripsi
- Penglihatan kucing rumahan sangat bagus, mereka bisa melihat dalam keadaan gelap. Ukuran standar kucing rumahan mencapai berat + 15,5 kg, panjang + 5,5 cm, dan tinggi + 40 cm. Memiliki taring yang tajam dan runcing serta cakar.
Klasifikasi
-Ada dua jenis kelompok kucing, menurut ukuran yaitu:
Kucing kecil, jenis kucing yang sering berkeliaran di sekitar kita atau boleh dipelihara khalayahramai.
Kucing besar, jenis kucing ini tidak boleh sembarangan dipelihara, seperti singa, harimau, dll
5. jawaaban no 5 dan 7
 Ironi BPJS Kesehatan
Penyataan Pendapat (tesis)
IDIOM bahwa sakit itu mahal telah benar mengena pada Indonesia. Ini berkaca pada defisit berkepanjangan program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan.
Nama program jaminan kesehatan itu sudah ironis karena dana yang semakin terkuras untuk penyakit katastrofik. Hingga Agustus 2018, pembiayaan layanan kesehatan untuk jenis penyakit itu mencapai Rp 12 triliun, atau sekitar 21,07 persen dari total biaya layanan BPJS Kesehatan.
Permasalahan kian runyam karena sejak kelahirannya pada 2014, sistem tanggung renteng belum berjalan semestinya. Persentase kolektif iuran BPJS Kesehatan hingga kini baru 54 persen atau hanya sekitar 107 juta peserta yang rutin membayar. Tidak mengherankan jika program itu terus menjerit kekurangan dana.
Argumentasi
Berdasarkan review BPKP, defisit BPJS Kesehatan mencapai Rp 10,98 triliun, yang hampir pasti membengkak tahun depan karena program ini terus memikul utang bawaan dari tahun sebelumnya.
Getah dari pendanaan yang tidak imbang itu bukan hanya memengaruhi layanan kesehatan, melainkan juga sudah mengancam kelangsungan fasilitas kesehatan. Hingga Oktober tahun lalu, sudah enam RSUD terancam bangkrut akibat utang BPJS Kesehatan.
Pemerintah tentu harus bertindak cepat dan tepat. Berlarutnya masalah pembiayaan BPJS Kesehatan tidak hanya mengancam kelangsungan program itu sendiri, tapi juga membuat kekacauan lebih besar di jaringan industri kesehatan.
Pada kondisi ideal, solusi mendasar yakni kedisiplinan membayar dan kesadaran untuk hidup sehat. Namun, jelas kita tidak mungkin menerapkan harga mati dalam layanan kesehatan, apalagi dalam kondisi kedaruratan. Disiplin pembayaran itu pekerjaan panjang. Demikian pula soal kesadaran hidup sehat. Butuh waktu lama. Sedangkan solusi pembiayaan BPJS Kesehatan sudah mendesak.
Penegasan Ulang Pendapat
Maka pilihan Presiden Jokowi untuk cukai rokok sebagai solusi dapat dipahami. Penerbitan perpres pemanfaatan cukai rokok dari daerah itu sudah diumumkan Presiden yang mana 50 persen cukai dipakai untuk pelayanan kesehatan.
Meski hal itu sesuai dengan amanat undang-undang, kita juga sangat memahami bahwa implikasi perpres itu tidak sederhana. Solusi itu belum tentu berkorelasi dengan daerah yang mengalami tunggakan BPJS Kesehatan tertinggi atau daerah yang selama ini layanan kesehatannya menjadi rujukan penyakit katastrofik.
Pemerintah harus menyadari bahwa lambat laun penggunaan cukai rokok tidak bisa menjadi solusi pembiayaan BPJS Kesehatan. Solusi lebih mendasar yang juga harus dijalankan antara lain gerakan kesadaran hidup sehat.
6. Informasi yang terdapat pada teks no 5
-Defisit BPJS Kesehatan mencapai Rp 10,98 triliun, yang hampir pasti membengkak tahun depan karena program ini terus memikul utang bawaan dari tahun sebelumnya.
- Nama program jaminan kesehatan itu sudah ironis karena dana yang semakin terkuras untuk penyakit katastrofik. Hingga Agustus 2018, pembiayaan layanan kesehatan untuk jenis penyakit itu mencapai Rp 12 triliun, atau sekitar 21,07 persen dari total biaya layanan BPJS Kesehatan.
8. pronomina
Pronomina nonpersona
(ini,itu,mana)
Konjungsi
(,atau,jika,demikian pula, sedangkan)
Adverbia ( kata keterangan waktu, tempat, suasana)
(Agustus 2018, pada 2014,)


.

Jumat, 20 September 2019

 HIKAYAT
1.       PENGERTIAN
Hikayat adalah salah satu jenis cerita rakyat yang
disajikan dengan menonjolkan unsur penceritaan berciri kemustahilan dan kesaktian tokoh-tokohnya.

2.       KARAKTERISTIK/CIRI-CIRI HIKAYAT
Hikayat merupakan sebuah teks narasi yang berbeda dengan narasi lain. Adapun karakteristik/ciri-ciri  hikayat antara lain (a) terdapat kemustahilan dalam cerita, (b) kesaktian tokoh-tokohnya, (c) anonim, (d) istana sentris, dan (e) menggunakan alur berbingkai/cerita berbingkai.
a.       Kemustahilan
Salah satu ciri hikayat adalah kemustahilan dalam teks, baik dari segi bahasa maupun dari segi cerita. Kemustahilan berarti hal yang tidak logis atau tidak bisa dinalar.
b.       Kesaktian
Selain kemustahilan, seringkali dapat kita temukan kesaktian para tokoh dalam hikayat.
c.        Anonim
Anonim berarti tidak diketahui secara jelas nama pencerita atau pengarang. Hal tersebut disebabkan cerita disampaikan secara lisan. Bahkan, dahulu masyarakat mempercayai bahwa cerita yang disampaikan adalah nyata dan tidak ada yang sengaja mengarang.
d.       Istana Sentris
Maksudnya hikayat seringkali bertema dan berlatar kerajaan.

3.       NILAI-NILAI DALAM HIKAYAT
Hikayat banyak memiliki nilai kehidupan. Nilai-nilai kehidupan tersebut dapat berupa nilai religius (agama), moral, budaya, sosial, edukasi (pendidikan), dan estetika (keindahan).

4.       UNSUR INTRINSIK DAN EKSTRINSIK DALAM HIKAYAT
a.       Unsur Intrinsik
Unsur intrinsik ialah unsur yang menyusun sebuah karya sastra dari dalam yang mewujudkan struktur suatu karya sastra, seperti: (a) tema, (b) tokoh dan penokohan, alur, latar, sudut pandang, dan gaya bahasa.
b.       Unsur Ekstrinsik
Unsur ekstrinsik ialah unsur yang membentuk karya sastra dari luar sastra itu sendiri yang menyangkut sosiologi, psikologi, dan lain-lain.

5.       KATA ARKAIS (KUNO)
Hikayat merupakan karya sastra klasik, artinya usia hikayat jauh lebih tua dibandingkan usia Negara Indonesia. Meskipun bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia (berasal dari bahasa Melayu), tidak semua kata dalam hikayat dapat dijumpai dalam bahasa Indonesia sekarang. Kata-kata yang sudah jarang digunakan atau bahkan sudah asing tersebut disebut sebagai kata arkais.

6.       GAYA BAHASA DAN KONJUNGSI
a.       Gaya Bahasa (Majas)
Penggunaan gaya bahasa (majas) dalam hikayat berfungsi untuk membuat cerita lebih menarik jika dibandingkan menggunakan bahasa yang bermakna lugas. Ada beberapa gaya bahasa (majas) yang sering digunakan dalam hikayat yaitu:
1)       Antonomasia
Antonomasia adalah penggunaan sebuah epiteta untuk menggantikan nama diri, gelar resmi, dan jabatan. Contoh: Yang Mulia tak dapat menghadiri pertemuan ini.
2)       Metafora
Metafora adalah analogi yang membandingkandua hal secara langsung, tetapi dalam bentuk yang singkat. Contoh: bunga bangsa, buaya darat, buah hati, cindera mata, dan sebagainya.
3)       Hiperbola
Hiperbola merupakan gaya bahasa yang mengandung suatu pernyataan yang berlebihan. Contoh: Kemarahanku sudah menjadi-jadi hingga hampir meledak aku.
4)       Perbandingan atau Simile
Perbandingan atau Simile adalah gaya bahasa (majas) yang membandingkan suatu hal dengan hal lainnya menggunakan kata penghubung atau kata pembanding. Contoh: seperti, laksana, bak dan bagaikan.
b.       Konjungsi (Kata Penghubung)

Konjungsi yang digunakan dalam hikayat menggunakan konjungsi yang menyatakan urutan waktu dan kejadian dalam menceritakan peristiwa atau alur. Contoh: “Pada... Sebelum... Lalu...”, “Ketika... Selanjutnya...”         



Cerpen atau dapat disebut juga dengan cerita pendek merupakan suatu bentuk prosa naratif fiktif. Cerpen cenderung singkat, padat, dan langsung pada tujuannya dibandingkan karya-karya fiksi lain yang lebih panjang, seperti novella dan novel.

Cerpen merupakan salah satu jenis karya sastra yang memaparkan kisah atau cerita mengenai manusia beserta seluk beluknya lewat tulisan pendek dan singkat. Atau pengertian cerpen yang lainnya yaitu sebuah karangan fiktif yang berisi mengenai kehidupan seseorang ataupun kehidupan yang diceritakan secara ringkas dan singkat yang berfokus pada suatu tokoh saja.

Cerita pendek biasanya mempunyai kata yang kurang dari 10.000 kata atau kurang dari 10 halaman saja. Selain itu, cerpen atau cerita pendek hanya memberikan sebuah kesan tunggal yang demikian serta memusatkan diri pada salah satu tokoh dan hanya satu situasi saja.
Pengertian Cerpen

Pengertian Cerpen Menurut Para Ahli

Pengertian Cerpen Menurut Para Ahli
Berikut pendapat para ahli mengenai penjelasan tentang cerpen. 
  1. Sumardjo dan Saini
  2. Cerpen adalah cerita fiktif atau tidak benar-benar terjadi, tetapi bisa saja terjadi kapanpun serta dimanapun yang mana ceritanya relatif pendek dan singkat.
  3. Menurut KBBI
  4. Cerpen berasal dari dua kata yaitu cerita yang mengandung arti tuturan mengenai bagaimana sesuatu hal terjadi dan relatif pendek berarti kisah yang diceritakan pendek atau tidak lebih dari 10.000 kata yang memberikan sebuah kesan dominan serta memusatkan hanya pada satu tokoh saja dalam cerita pendek tersebut.
  5. Nugroho Notosusanto dalam Tarigan
  6. Cerpen atau cerita pendek yaitu sebuah cerita yang panjang ceritanya berkisar 5000 kata atau perkiraan hanya 17 hlm kuarto spasi rangkap serta terpusat pada dirinya sendiri.
  7. Hendy
  8. Cerpen ialah suatu karangan yang berkisah pendek yang mengandung kisahan tungal.
  9. Aoh. K.H
  10. Cerpen merupakan salah satu karangan fiksi yang biasa disebut juga dengan kisahan prosa pendek.
  11. J.S. Badudu
  12. Cerpen merupakan cerita yang hanya menjurus serta terfokus pada satu peristiwa saja.
  13. H. B. Jassin
  14. Menurut pendapat H. B. Jassin, cerpen ialah sebuah cerita yang singkat yang harus memiliki bagian terpenting yakni perkenalan, pertikaian, serta penyelesaian.

Ciri-Ciri Cerpen

    Ciri-Ciri Cerpen
  1. Jalan ceritanya lebih pendek dari novel
  2. Sebuah cerpen memiliki umlah kata yang tidak lebih dari 10.000 (10 ribu) kata
  3. Biasanya isi cerita cerpen berasal dari kehidupan sehari-hari
  4. Tidak menggambarkan semua kisah para tokohnya, hal ini karena dalam cerpen yang digambarkan hanyalah inti sarinya saja.
  5. Tokoh dalam cerpen digambarkan mengalami masalah atau suatu konflik hingga pada tahap penyelesainnya.
  6. Pemakaian kata yang sederhana serta ekonomis dan mudah dikenal pembaca.
  7. Kesan yang ditinggalkan dari cerpen tersebut sangat mendalam sehingga pembaca dapat ikut merasakan kisah dari cerita tersebut.
  8. Biasanya hanya 1 kejadian saja yang diceritakan.
  9. Memiliki alur cerita tunggal dan lurus.
  10. Penokohan pada cerpen sangatlah sederhana, tidak mendalam serta singkat

Struktur Cerpen

    Struktur Cerpen
  1. Abstrak
  2. Abstrak merupakan ringkasan atau inti dari cerita pendek yang akan dikembangkan menjadi sebuah rangkaian-rangkaian peristiwa atau bisa juga sebagai gambaran awal dalam cerita. Abstrak bersifat opsional atau dalam artian bahwa setiap cerpen boleh tidak terdapat struktur abstrak tersebut.
  3. Orientasi
  4. Orientasi berkaitan dengan waktu, suasana, dan tempat yang berkaitan dengan jalan cerita dari cerpen tersebut.
  5. Komplikasi
  6. Komplikasi berisi urutan kejadian-kejadian yang dihubungkan secara sebab dan akibat. Pada komplikasi, biasanya mendapatkan karakter ataupun watak dari berbagai tokoh cerita pendek tersebut, hal ini karena pada bagian komplikasi kerumitan mulai bermunculan.
  7. Evaluasi
  8. Evaluasi yaitu struktur konflik yang terjadi dan mengarah pada klimaks serta sudah mulai mendapatkan penyelesaiannya dari konflik yang terjadi tersebut.
  9. Resolusi
  10. Pada bagian resolusi, pengarang mulai mengungkapkan solusi yang dialami tokoh.
  11. Koda
  12. Pada bagian koda, terdapat nilai ataupun pelajaran yang dapat diambil dari cerita pendek tersebut oleh pembacanya.

Unsur Intrinsik Cerpen

Unsur Intrinsik Cerpen

  1. Tema
  2. Tema adalah sebuah gagasan pokok yang mendasari dari jalan cerita sebuah cerpen. Tema biasanya dapat langsung terlihat jelas di dalam cerita atay tersurat dan tidak langsung, dimana si pembaca harus teliti dan dapat menyimpulkan sendiri atau tersirat.
  3. Alur / Plot
  4. Jalan dari sebuah kisah cerita merupakan karya sastra. Secara garis besar, alur merupakan urutan tahapan jalannya cerita, antara lain : perkenalan > muncul konflik atau suatu permasalahan > peningkatan konflik > puncak konflik (klimaks) > penurunan konflik > selesaian.
  5. Setting
  6. Setting sangat berkaitan dengan tempat atau latar, waktu, dan suasana dalam cerpen tersebut.
  7. Tokoh
  8. Tokoh merupakan pelaku yang terlibat dalam cerita tersebut. Setiap tokoh biasanya mempunyai karakter tersendiri. Dalam sebuah cerita terdapat tokoh protagonis atau tokoh baik dan antagonis atau tokoh jahat serta ada juga tokoh figuran yaitu tokoh pendukung.
  9. Penokohan
  10. Penokohan yaitu pemberian sifat pada tokoh atau pelaku dalam cerita tersebut. Sifat yang telah diberikan dapat tercermin dalam pikiran, ucapan, dan pandangan tokoh terhadap sesuatu hal. Metode penokohan ada 2 (dua) macam diantaranya: 

    Metode analitik adalah suatu metode penokohan dengan cara memaparkan atau menyebutkan sifat tokoh secara langsung, seperti seperti: pemberani, penakut, pemalu, keras kepala, dan sebagainya. 

    Metode dramatik adalah suatu metode penokohan dengan cara memaparkannya secara tidak langsung, yaitu dapat dengan cara : penggambaran fisik (Misalnya cara berpakaian, postur tubuh, dan sebagainya), penggambaran dengan melalui sebuah percakapan atau dialog, reaksi dari tokoh lain (dapat berupa pendapat, sikat, pandangan, dan sebagainya).
  11. Sudut Pandang
  12. Adalah cara pandang pengarang dalam memandang suatu peristiwa di dalam cerita. Sudut pandang ada 4, antara lain:
    1. Sudut Pandang Orang Pertama Pelaku Utama
      Dalam sudut pandang ini, tokoh ”aku” mengisahkan tentang berbagai peristiwa yang terjadi serta tingkah laku yang dialaminya. Tokoh ”aku” akan menjadi pusat perhatian dari kisah cerpen tersebut. Dalam sudut pandang ini, tokoh "aku" digunakan sebagai tokoh utama.
      Contoh:
      Pagi ini cuaca begitu cerah hingga dapat mengubah suasana jiwaku yang penat karena setumpuk tugas yang terbengkelai menjadi teringankan. Namun, sekarang aku harus mulai bangkit dari tidurku dan bergegas untuk mandi karena pagi ini aku harus bekerja keras.
    2. Sudut Pandang Orang Pertama Pelaku Sampingan
      Tokoh ”aku” muncul tidak sebagai tokoh utama lagi, melainkan sebagai pelaku tambahan. Tokoh ”aku” hadir dalam jalan cerita hanya untuk membawakan cerita kepada pembaca, sedangkan tokoh cerita yang dikisahkan kemudian ”dibiarkan” untuk dapat mengisahkan sendiri berbagai pengalaman yang dialaminya. Tokoh dari jalan cerita yang dibiarkan berkisah sendiri itulah yang pada akhirnya akan menjadi tokoh utama, sebab ialah yang lebih banyak tampil, membawakan berbagai peristiwa, serta berhubungan dengan tokoh-tokoh yang lainnya. Dengan demikian tokoh ”aku” cuman tampil sebagai saksi saja. Saksi terhadap berlangsungnya sebuah cerita yang ditokohi oleh orang lain. Tokoh ”aku” pada umumnya hanya tampil sebagai pengantar dan penutup cerita. 
      Contoh:
      Sekarang aku tinggal di Jakarta, kota metropolitan yang memiliki beribu-ribu kendaraan. Dulu, aku sempat menolak untuk dipindahkan ke ibukota. Tapi, pada kali ini aku sudah tidak kuasa untuk menghindar dari tugas ini. Ternyata, bukan aku saja yang mengalaminya. Teman asramaku yang bernama Andi, juga mengalami hal yang sama. Kami berdua sangatlah akrab dan berjuang bersama-sama dalam menghadapi kerasnya kota Jakarta.
    3. Sudut Pandang Orang Ketiga Serbatahu
      Kisah cerita dari sudut ”dia”, namun pengarang atau narator dapat menceritakan apa saja hal-hal dan tindakan yang menyangkut tokoh ”dia” tersebut. Pengarang mengetahui segalanya. 
      Contoh:
      Sudah genap 1 bulan dia menjadi pendatang baru di perumahan ini. Tapi, dia juga belum satu kali pun terlihat keluar rumah cuman untuk sekedar beramah-tamah dengan tetangga yang lain. “Apakah si pemilik rumah itu terlalu sibuk ya?” ungkap salah seorang tetangganya. Pernah 1 kali dia kedatangan tamu yang katanya adalah saudaranya. Memang dia adalah sosok introvert, jadi walaupun saudaranya sendiri yang datang untuk berkunjung, dia tidak menyukainya.
    4. Sudut Pandang Orang Ketiga Pengamat
      Dalam sudut pandang ini berbeda dengan orang ketiga serbatahu. Pengarang hanya melukiskan apa yang dilihat, dialami, dipikir, dan dirasakan oleh tokoh tersebut, namun terbatas pada seorang tokoh saja.  
      Contoh:
      Entah apa yang telah terjadi dengannya. Pada saat datang, ia langsung marah. Memang kelihatannya ia mempunyai banyak masalah. Tapim kalau dilihat dari raut mukanya, mungkin tak hanya itu yang sedang ia rasakan. Tapi sepertinya dia juga sakit. Bibirnya tampak kering, wajahnya pucat, serta rambutnya kusut.
  13. Amanat
  14. Amanat merupakan sebuah pesan dari seorang penulis atau pengarang cerita tersebut kepada pembaca agar pembaca dapat bertindak atau melakukan sesuatu.

Unsur Ekstrinsik Cerpen

Unsur Ekstrinsik CerpenUnsur ekstrinsik cerpen merupakan sebuah unsur yang membentuk cerpen dari luar, berbeda dengan unsur intrinsik cerpen yang membentuk cerpen dari dalam. Unsur ekstrinsik cerpen tidak terlepas dari keadaan masyarakat saat dimana cerpen tersebut dibuat oleh pengarang. Unsur ini sangat memiliki banyak sekali pengaruh terhadap penyajian amanat ataupun latar belakang dari cerpen tersebut. Berikut unsur ekstrinsik cerpen. 
  1. Latar Belakang Masyarakat
  2. Latar belakang masyarakat yaitu suatu pengaruh dari kondisi latar belakang masyarakat terhadap terbentuknya sebuah jalan cerita. Pemahaman tersebut dapat berupa pengkajian Ideologi negara, kondisi politik, sosial masyarakat, sampai dengan kondisi ekonomi pada masyarakat itu sendiri.
  3. Latar Belakang Pengarang
  4. Latar belakang pengarang dapat meliputi pemahaman pengarang terhadap sejarah hidup serta sejarah hasil karangan yang telah dibuat sebelumnya.
    1. Biografi
    2. Biografi biasanya berisikan tentang riwayat hidup pengarang cerita tersebut yang ditulis secara keseluruhan.
    3. Kondisi Psikologis
    4. Kondisi psikologis berisi tentang pemahaman kondisi mood ketika pengarang menulis kisah cerita tersebut.
    5. Aliran Sastra
    6. Aliran sastra seorang pengarang pastinya akan mengikuti suatu aliran sastra tertentu. Hal tersebut sangatlah berpengaruh terhadap gaya penulisan yang dipakai oleh pengarang dalam menciptakan sebuah kisah dalam cerpen tersebut.
Itulah pengertian cerpen, ciri-ciri cerpen, struktur cerpen, unsur intrinsik cerpen, dan unsur ekstrinsik cerpen.

Remedial KeIas XI IPS 1

   Judul                                     :   Remedial Mata Pelajara                        : Bahasa Indonesia Hari / Tanggal            ...